Monday, December 24, 2018

Shalawat agar tidak mudah lupa

As-Salat al-Kaamil

(Between Maghrib and `Isha especially to remove forgetfulness and strengthen the memory)

اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ كَمَا لاَ نِهَايَةَ لِكَمَالِك َوَعَدَدَ كَمَالِه

Allahumma salli wa sallim wa baarik `ala Sayyidina Muhammadin wa `ala aalihi kamaa laa nihayata li-kamaalika wa `adada kamaalih.

The most honored salawat which awliyaullah said one recitation equals 70,000 salawat, and in the Shafi`i school of thought they say it is “rewarded with no end,” as Allah's Perfection has no end! It is read between Maghrib and `Isha, especially to remove forgetfulness and strengthen the memory:

O Allah! Grant salawat on the Prophet  without end on the number of perfection with which You dressed him!

From Mawlana Shaykh Hisham Kabbani's book salawat of tremendous blessings available in 4 languages English, Turkish, French, Spanish at : https://isn1.net/products/salawat-of-tremendous-blessings

Thursday, December 20, 2018

Merubah keadaan berat

Sekarang ini adalah hari-hari yang berat, di mana orang-orang tersenyum, tetapi di dalam hatinya, mereka menanggung beban berat.  Bagaimana mengubah keadaan itu?

عِنْدَ ذِكْرِ الصَّالِحِينَ تَنْزِلُ الرَّحْمَةُ
Ketika nama-nama orang yang saleh disebutkan, turunlah Rahmat Allah. (Sufyan ibn Uyayana)

Untuk menemukan jalan keluar dari beban berat ini, sebutlah nama-nama para Awliya, orang-orang yang saleh, bicaralah tentang pencapaian dan warisan mereka, maka rahmat Allah akan turun pada kalian.  Ini adalah sesuatu yang penuh berkah yang mudah kita lakukan.

Itulah sebabnya Grandsyekh `AbdAllah dan Mawlana Syekh Nazim, semoga Allah memberkahi ruh mereka, selalu membaca,

يا سيد! يا صاحب! يا صديق! يا رسول! يا الله!
Yaa Sayyid! Yaa Shaahib! Yaa Shiddiq! Yaa Rasuul! Yaa Allah!

'Yaa Sayyid' artinya Syekh kita, 'yaa Shaahib' artinya Sayyidina Mahdi, 'yaa Shiddiq' artinya  Sayyidina Abu Bakr ash-Shiddiq, 'yaa Rasuul' artinya Rasulullah ﷺ, dan 'yaa Allah' adalah Rahmat di Tangan-Nya.  Kadang-kadang kita membacanya dengan tasbih dan kalian merasa ringan ketika membacanya.

~Shaykh Hisham Kabbani 💕 Sufilive.com

Saturday, December 15, 2018

adab berdoa

*ADAB BERDOA*

Untuk memasuki Hadirat Allah; agar Pintunya terbuka, pertama kalian harus membaca,

بِسْمِ اللّهِ الرَّحْمـَنِ الرَّحِيمِ الْحَمْدُ للّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ والصلاة والسلام على اشرف المرسلين سيدنا محمد و على اله و صحبه اجمعين

“Bismillahi 'r-Rahmani 'r-Rahiim alhamdulillahi rabbi ‘l-`alamiin wa ’sh-shalaat wa ’s-salaam `alaa asyrafi ’l-mursaliin Sayyidina Muhammadin wa `alaa aalihi wa shahbihi ajma`iin,”

lalu lanjutkan dengan doa kalian; dan untuk mengakhiri doa, bacalah,

سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُونَ وَسَلَامٌ عَلَى الْمُرْسَلِينَ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ ربنا بقبل منا بحرمة من انزلت عليه سورة الفاتحة

Subhaana rabbika rabbi ‘l-`izzati `amaa yashifuuna wa salaamun `alaa al-mursaliina w‘alhamdulillahi rabbi ‘l-`alamiin. Rabbanaa taqabal minnaa bi hurmati man anzalta `alayhi sirri Suratu ’l-Fatihah.”

Kita mempelajari adab ini dari pembimbing kita, Grandsyekh `AbdAllah (q) dan dari mursyid kita Mawlana Syekh Nazim al-Haqqani.

Dan dalam Hadirat Allah, beliau mempersembahkan doanya dengan sedekah, dan kemudian beliau berkata, “Doa yang dipanjatkan dengan cara seperti itu tidak akan tertolak.”

Shaykh Hisham Kabbani

Saturday, December 1, 2018

Notes

Jika pasangan dan anak-anak tak jaga solat. Selalu baca Surah Ibrahim ayat 40. Baca dan fahami maknanya..
.
Jika pasangan dan anak-anak degil dan jauh dari hidayah..bacalah surah Al Ahqaf ayat 15...
.
Jika pasangan dan anak-anak agar menjadi penyejuk mata dan pemimpin kepada kebaikan bacalah surah Al Furqan ayat 74..
.
3 ayat Al-Quran patut menjadi amalan setiap ahli keluarga yang inginkan kebaikan buat pasangan dan anak-anak..ya Allah terimalah ...

Credit : Ustaz @ebitlew
#SalamAsar

Wednesday, November 14, 2018

Adab bangun tidur

ADAB BANGUN TIDUR
Subhaanim Allah! Sulthaanim Allah!
Nabim Muhammad, Alayhi Salam!
_______
Ucapkan kata-kata ini.  Segera setelah kalian membuka mata kalian (ketika bagun tidur), lakukan thaharah (bersuci), lalu berdiri dan katakan, "Aku berdiri dalam Hadirat Nabi ﷺ dan mengikuti Imam yang mulia yang hadir di sini!"  dan katakan pada diri kalian juga, "Aku mengikuti Imam."  Siapa yang menjadi Imam?  Ia adalah seorang suci yang menerima cahaya sebagai pewaris dari Nabi Muhammad, Sultan dari semua Nabi ﷺ!  Katakan, "Aku berdiri dalam Hadirat yang Haqq dan mengikuti mereka!"  MasyaAllah, Setan tidak akan mampu menyentuh kalian.

~Mawlana Shaykh Nazim ❤️

Instagram.com/Mawlana.Shaykh.Nazim #Sufilive

Sunday, November 11, 2018

7 Permata

The jewel of Perfection) (7 times daily)

اللَّهُـمَّ صَـلِّ وَسَلِّـمْ عَـلَى عَيْـنِ الـرَّحْـمَـةِ الرَّبَّــانِـيَـةِ وَاليَاقُـوتَـةِ المُتَـحَقِّـقَـةِ الحَـائِطَةِ بِمَـرْكَزِ الفُـهُومِ والمَعَـانِي،
وَنُـورِ الأَكْـوَانِ المُتَـكَوِّنَـةِ الآدَمِـي صَـاحِبِ الحَـقِّ الـرَّبَّانِي، البَرْقِ الأَسْطَعِ بِمُزُونِ الأَرْبَاحِ المَالِئَةِ لِكُلِّ مُتَعَرِّضٍ مِنَ البُحُورِ وَالأَوَانِي، وَنُـورِكَ اللاَّمِعِ الـذِي مَـلأْتَ بِهِ كَوْنَكَ الحَـائِطِ بِأَمْكِنَةِ المَـكَانِي،
اللَّهُـمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى عَيْنِ الحَقِّ التِي تَتَجَلَّى مِنْهَا عُرُوشُ الحَقَـائِقِ عَيْــنِ المَـعَارِفِ الأَقْـوَمِ صِـرَاطِـكَ التَّـــامِّ الأَسْـقَــمِ، اللَّهُـمَّ صَـلِّ وَسَلِّـمْ عَلَى طَلْعَةِ الحَـقِّ بَالحَـقِّ الكَـنْزِ الأَعْـظَمِ إِفَـاضَتِـكَ مِنْـكَ إِلَيْــكَ إِحَـاطَـةِ النُّـورِ المُطَــلْسَــمِ صَلَّـى اللهُ عَلَيْـهِ وَعَـلَى آلِـهِ، صَـلاَةً تُعَرِّفُنَـا بِـهَا إِيَّـــاهُ

Allahumma salli wa sallim `alaa `ayni 'r-rahmati 'r-rabbaaniyati wa 'l yaaqootati 'l-mutahaqqiqati 'l-haaitati bi-markazi 'l-fuhoomi wa 'l-ma`anee. Wa noori 'l-akwaani 'l-mutakawwinati 'l-aadami sahibil haqqir-rabbani al barqil asta'i bi muzoonil arbahil maliati li kulli muta'arridhin min al-buhoori wa 'l-awaani. Wa noorika 'l-laami`u 'Lladhee malaata bihi kawnaka 'l-haa'iti bi-amkinati 'l-makaani.

Allahumma salli wa sallim `alaa `ayni 'l-haqq allatee tajalla minhaa `urooshu 'l-haqaaiqi `ayni 'l-ma`aarifi 'l aqwami siraatika 't-taami 'l- asqam.

Allahumma salli wa sallim `alaa tal`ati 'l-haqqi bil haqqi al-kanzil `azham. Ifaadatika minka ilayka ihaatati 'n-noori 'l-mutalsam. Sallallahu `alayhi wa `alaa aalihi salaatan tu`arrifunaa bihaa iyyaah.

If you read this salawat seven times a day or more, yuhibbahu mahabbatan khaasah wa laa yamootu illa waliyyan, Prophet  will love you with a special love and you will not leave dunya without being a wali. Whoever recites this salawaat is mentioning the highest names of Prophet , Allah  will open for him as He opened for His awliyaullah!

O Allah, send benediction upon and salute on the Essence of Divine Mercy, the Accomplished Ruby encompassing the center of comprehensions and meanings, the Light of all created universes, the Adamic who possesses Lordly Truth; the all-filling Lightning in the rain-clouds of gains that fill all the intervening seas and receptacles; Your Bright Light with which You have filled Your creation and which surrounds all possible places. O Allah,bless and salute the Essence of Truth from which are manifested the thrones of realities; the Essence of the Most Righteous Knowledge, Your Complete and Most Straight Path. O Allah, bless and salute the Advent of the Truth by the Truth; the Greatest Treasure, Your Outpouring from Yourself to Yourself; the Encompassment of Talismanic Light. May Allah bless the Prophet and his household, a prayer which brings us to knowledge of him.

Mawlana Shaykh Hisham Kabbani

Friday, November 9, 2018

Naqshbandi di jawa

Silsilah waliyulloh Mbah Hadi Girikusumo

KH. Muhammad Manshur, adalah pendiri Pondok Pesantren Popongan, Dusun Popongan, Desa Tegalgondo, Kecamatan Wonosari, Kabupaten Klaten. Mbah Manshur adalah putra Syaikh Muhammad Abdul Hadi Girikusumo, seorang mursyid Thariqah Naqsyabandiyah-Khalidiyah di Girikusumo, Mranggen, Demak. Sumber-sumber Belanda menyebutkan bahwa Syaikh Muhammad Abdul Hadi sebagai sosok religious leader(tokoh agama) yang sangat berpengaruh di Semarang.

Syaikh Muhammad Abdul Hadi adalah putra Thohir bin Shodiq Jago bin Ghozali (Klaten) bin Abu Wasijan (Medono, Pekalongan) bin Abdul Karim (Paesan, Batang) bin Abdurrasyid (Batang) bin Saifudin Tsani (Kyai Ageng Pandanaran II Semarang) bin Saifudin Awwal (Kyai Ageng Pandanaran I, Sunan Tembayat Klaten).

Syaikh Muhammad Abdul Hadi, yang dikenal dengan panggilan Mbah Hadi Girikusumo, memiliki peran besar dalam dakwah Islam, khususnya dalam mengembangkan Thariqah Naqsyabandiyah. Jaringan Thariqah Naqsyabandiyah yang dipelopori oleh Mbah Hadi Girikusumo berkembang sampai se-antero Jawa Tengah dan Yogyakarta melalui para murid spiritualnya, yang jumlahnya lebih dari seratus ribu orang. Mbah Hadi mendirikan pondok pesantren Girikusumo pada tanggal 16 Rabiul Awwal 1288 H atau 1866 M. Sebelumnya, Mbah Hadi belajar agama dan Thariqah Naqsyabandiyah kepada Syaikh Sulaiman Zuhdi di Makkah al-Mukarramah. Di Girikusumo, Mbah Hadi sering juga dipanggil Mbah Giri, Mbah Hasan Muhibat, dan Kyai Giri.

Girikusumo adalah nama sebuah desa. Giri (bhs. jawa) berarti gunung, dan kusumo (bhs. jawa) berarti bunga.  Ponpes Giri didirikan oleh Syaikh Muhammad Hadi pada tahun 1288 H bertepatan dengan tahun 1866 M. Mbah Hadi memiliki kepedulian yang tinggi terhadap pendidikan dan dakwah Islam. Hal ini dibuktikan dengan mengirim putra-putranya untuk nyantri di luar daerah.

Mbah Hadi mempunyai tiga putra, yaitu; Manshur, Sirajuddin dan Zahid, ketiga putranya tersebut menjadi guru Thariqah Naqsyabandiyah. Mbah Sirajuddin dan Mbah Zahid mengembangkan thariqah di Girikusumo, meneruskan tugas spiritual Mbah Hadi, sedangkan Mbah Manshur mengembangkan thariqah di Karesidenan Surakarta. Selain kedua putranya, tokoh yang memiliki peran besar dalam pengembangan Thariqah Naqsyabandiyah adalah Mbah Arwani Amin Kudus dan Mbah Abdul Mi’raj Candisari Semarang.

Kepemimpinan pesantren di Girikusumo dipegang oleh Mbah Hadi sendiri, sedangkan para santri muda diasuh oleh Mbah Sirajuddin, sedangkan Mbah Manshur ditugaskan ayahnya untuk meneruskan perjuangannya di daerah Karesidenan Surakarta. Akan tetapi, umur Mbah Sirajuddin  pendek, dan ia wafat mendahului ayahandanya. Mbah Hadi meninggal dunia pada tahun 1931, dan selanjutnya tugas kepemimpinan pondok pesantren diteruskan oleh putranya, yaitu adik kandung Mbah Sirojuddin, yaitu Mbah Zahid.

Mbah Manshur PoponganBerdasarkan cerita yang berkembang. pada prosesi pemakaman Mbah Hadi, terjadi sebuah fenomena khariqul ‘adah (aneh, luar biasa), yakni ada batu besar yang berada di dekat calon makam Mbah Hadi. Seluruh pelayat termasuk para kyai tidak mampu menyingkirkan batu tersebut. Setelah Mbah Manshur datang, batu tersebut bisa diangkat oleh Mbah Manshur sendiri. Itulah salah satukaromah yang dimiliki Mbah Manshur.

Mbah Manshur mengaji kepada orang tuanya sendiri, yaitu Syaikh Muhammad Hadi Girikusumo. Ketika remaja, beliau mengaji dan nyantri di Pondok Pesantren Jamsaren Surakarta yang diasuh oleh Kyai Idris, sebuah pesantren tua yang pendiriannya dipelopori oleh Kraton Kasunanan Surakarta. Mbah Manshur muda kemudian mendirikan pesantren di Dusun Popongan, Klaten, 20 km. dari Jamsaren Surakarta.

Kedatangan Mbah Manshur di Popongan bukan sebuah kebetulan. Sebelum ke Popongan, Klaten, Mbah Manshur sengaja dikirim oleh Mbah Hadi untuk belajar di Jamsaren, dan dalam perkembangannya menemukan Popongan sebagai tempat dakwah, pendidikan, dan pengembangan Islam.

Para santri dan sesepuh Dusun Popongan menceritakan bahwa kedatangan Mbah Manshur di Popongan bermula ketika Mbah Manshur muda diambil menantu oleh seorang petani kaya di Popongan yang bernama H. Fadlil. Mbah Manshur muda dinikahkan dengan Nyai Maryam (Nyai Kamilah) binti H. Fadlil pada tahun 1918. Karena Mbah Manshur merupakan alumni pondok pesantren, maka H. Fadlil memintanya mengajarkan agama di Popongan. Dari pernikahan itu melahirkan Masyfufah, Imro’ah, Muyassaroh, Muhibbin, Muqarrabin, dan Irfan. Dari putrinya Nyai Mashfufah binti Mbah Manshur yang dinikah H. Mukri, lahirlah Salman Dahlawi, yang kelak meneruskan estafet kepemimpinan pesantren dan Thariqah Naqsyabandiyah.

Sebelum didirikan pondok pesantren, Mbah Manshur mengajar ngaji masyarakat Popongan. Para santri awal Mbah Manshur sangat sedikit, dan hanya membentuk halaqah kecil. Setelah beberapa tahun kemudian santri yang datang mulai banyak dan dari berbagai daerah sehingga H. Fadlil berinisiatif untuk mendirikan bangunan yang layak untuk pemondokan dan masjid.

Pembangunan pondok pesantren dan masjid dilakukan secara swasembada dan gotong royong. Batu fondasi diperoleh oleh para santri dari sungai jebol, sebuah sungai yang terletak di sebelah selatan Dusun Popongan. Adapun pasir diambil dari sungai tegalgondo, sebelah utara Dusun Popongan.

Sebagai tokoh yang kaya, H. Fadlil sendiri yang banyak menyumbang pendirian pesantren yang kelak diasuh oleh menantunya tersebut. Mbah Kyai Muslimin, menceritakan bahwa pembangunan pesantren dilakukan secara gotong royong, sebagian memang mengambil tukang profesional. Pondok Pesantren Popongan resmi didirikan oleh Mbah Manshur pada tahun 1926. Pada tahun yang sama, Mbah Manshur membangun Masjid Popongan.

Pondok Pesantren Popongan, pada masa kepemimpinan cucunya, Kyai Salman Dahlawi, tanggal 21 Juni 1980, namanya diubah menjadi Pondok Pesantren Al-Manshur Popongan. Dusun Popongan kemudian menjadi pusat dakwah dan pendidikan Islam, di samping menjadi pusat suluk Thariqah Naqsyabandiyah.

Jaringan Thariqah Mbah Manshur dikembangkan dari Mbah Hadi dengan silsilah sebagai berikut: Kyai Manshur, dari Syekh Muhammad Hadi Bin Muhammad Thohir, dari Syaikh Sulaiman Zuhdi, dari Syaikh Ismail al-Barusi, dari Syaikh Sulaiman al-Quraini, dari Syaikh ad-Dahlawi, dari Syaikh Habibullah, dari Syaikh Nur Muhammad al-Badwani, dari Syaikh Syaifudin, dari Syaikh Muhammad Ma’shum, dari Syaikh Ahmad al-Faruqi, dari Syaikh Ahmad al-Baqi’ Billah, dari Syaikh Muhammad al-Khawaliji, dari Syaikh Darwisy Muhammad, dari Syaikh Muhammad az-Zuhdi, dari Syaikh Ya’kub al-Jarkhi, dari Syaikh Muhammad Bin Alaudin al-Athour, dari Syaikh Muhammad Bahaudin an-Naqsabandy, dari Syaikh Amir Khulal, dari Syaikh Muhammad Baba as-Syamsi, dari Syaikh Ali ar-Rumaitini, dari Syaikh Mahmud al-Injiri Faqhnawi, dari Syaikh Arif Riwikari, dari Syaikh Abdul Kholiq al-Ghajwani, dari Syaikh Yusuf al-Hamadani, dari Syaikh Abi Ali Fadhal, dari Syaikh Abu Hasan al-Kharwani, dari Syaikh Abu Yazid Thaifur al-Busthoni, dari Syaikh Ja’far Shodiq, dari Syaikh Qosim Muhammad, dari Syaikh Sayyid Salman al-Farisi, dari Abu Bakar Ash-Shidiq, dari Nabi Muhammad saw.

Mbah Hadi mengangkat Mbah Manshur dan Mbah Zahid sebagai mursyid thariqah. Dari Kyai Zahid, thariqah berkembang di Pantai Utara Jawa, diteruskan oleh Kyai Zuhri, dilanjutkan oleh Kyai Munif. Adapun Mbah Manshur menyebarkan thariqah melalui para badal (murid kepercayaan), di antaranya ada yang sudah menjadi mursyid,yaitu Mbah Arwani Amin (Kudus) yang dilanjutkan oleh Kyai Ulinnuha Arwani, Mbah Salman Dahlawi Popongan (Klaten) yang dilanjutkan oleh Gus Multazam, dan Mbah Abdul Mi’raj (Candisari Semarang) yang dilanjutkan oleh Kyai Khalil.

Selain dikembangkan oleh paramursyid yang menjadi murid Mbah Manshur, thariqah Naqsyabandiyah juga dikembangkan di Kauman Surakarta oleh seorang murid perempuan Mbah Manshur, yaitu Nyai Muharromah (Nyai Soelomo Resoatmodjo). Selain di Popongan, Mbah Manshur juga mendirikan pusat latihan spiritual Thariqah Naqsyabandiyah di Kauman Surakarta. Sejak Mbah Manshur memiliki rumah di Kauman Surakarta, maka Thariqah Naqsyabandiyah juga berkembang di kota santri tersebut. Rumah Mbah Manshur di Kauman tersebut dibangun oleh muridnya yang bernama Muslimin dan dibantu oleh Salman muda, cucu kesayangan Mbah Manshur. Mbah Muslimin inilah yang sejak awal sudah menjadi penderek(pengikut) Mbah Manshur, dan menjadi teman karib Kyai Salman, sejak kecil sampai wafatnya.

Di Popongan sendiri, estafet kepemimpinan pondok pesantren dan Thariqah Naqsyabandiyah dipegang oleh Kyai Salman, cucunya. Para putera-puteri Mbah Manshur tidak ada yang melanjutkan estafet kepemimpinan thariqah, tetapi lebih suka menekuni dunia perdagangan, mengikuti jejak kakeknya, Mbah H. Fadlil.

Dalam mengembangkan jaringan Thariqah Naqsyabandiyah, Mbah Manshur dibantu oleh santrinya yaitu Mbah Arwani Amin (Kudus) dan Mbah Abdul Mi’raj (Candisari, Semarang). Di Popongan, Mbah Manshur dibantu oleh banyak santri dan jama’ahnya dalam mengembangkan Islam dan jaringan Thariqah Naqsyabandiyah.

Mbah Manshur termasuk Kyai sepuh yang disegani, bukan saja oleh para santri dan jama’ahnya, tetapi juga oleh masyarakat umum, bahkan oleh para sejawatnya dari kalangan Kyai. Setelah pondok pesantren berdiri, Mbah Manshur bukan saja kedatangan tamu yang mau mengaji saja, tetapi juga tamu-tamu umum yang bermaksud bersilaturrahmi dan ngalap berkah. Kharisma Mbah Mansur pun semakin meningkat dan menjadi Kyai populer di kalangan masyarakat Klaten, Surakarta, Semarang, Jawa Tengah pada umumnya, dan Yogyakarta.

Kyai Munawwir, pendiri Pondok Pesantren Krayak Yogyakarta, adalah termasuk murid Mbah Manshur di Yogyakarta. Walaupun tidak menjadi mursyidthariqah, Kyai Munawwir menjadi bagian penting dalam perjuangan Mbah Manshur. Ketika Kyai Munawwir meninggal tahun 1942, Mbah Manshur menghadiri acara ta’ziyah dan menjadi imam shalat jenazah.

Mbah Manshur juga menjalin hubungan baik dengan Mbah Siroj, Panularan Surakarta, dan Mbah Ahmad Umar bin Abdul Mannan Mangkuyudan Surakarta. Kedekatan dengan Kyai Ahmad Umar ditunjukkan dengan pemberian nama Al-Muayyad oleh Mbah Manshur untuk nama pondok pesantren di Mangkuyudan yang dirintis Mbah Kyai Abdul Mannan pada tahun 1930. Al-Muayyad berarti yang dikuatkan, artinya bahwa pondok pesantren tersebut dikuatkan oleh kaum muslimin di Surakarta dan sekitarnya.

Mbah Manshur wafat tahun 1955. Setiap tahun Pondok Pesantren Al-Manshur Popongan dan Bani Manshur mengadakan acara haul yang dihadiri oleh ribuan orang. Setelah Mbah Manshur wafat, estafet kepemimpinan pesantren dan thariqah dipegang oleh cucunya, Mbah Salman Dahlawi, sampai sekarang kepemimpinan dipegang oleh Gus Multazam bin Salman Dahlawi. Dan Kyai Nasrun Minallah sebagai sesepuh pondok Al Manshur.

Menurut informasi dari banyak sumber, Mbah Manshur menyusun lafaz do’a bagi para santri sebelum membaca Al-Qur’an. Lafaz do’a itu dipasang di Madrasah (sebutan salah satu gedung pengajian di Pondok Pesantren Al-Manshur, tepat di depan Ndalem yang ditinggali Mbah Manshur). Lafaz doa tersebut menjadi karakter khas bacaan bagi santri-santri Pondok Pesantren Al-Manshur Popongan sampai deweasa ini.

Lafaz tersebut berbunyi:

Allahumma bil haqqi anzaltahu wa bil haqqi nazal

Allahumma Adzdzim rughbatii fiih

Waj’alhu nuuran li bashorii

Wasyifaa’an li shodrii

Wadzahaban lihammii wa huznii

Allahumma zayyin bihii lisaanii

Wajammil bihii wajhii

Waqawwi bihii jasadii Watsaqqil bihii miizaani

Waqawwinii ‘alaa thaa’atika wa athraafan nahaar

Setiap santri Al-Manshur Popongan mesti hafal do’a tersebut, karena doa karya Mbah Manshur itu selalu dibaca sebelum mengaji Al-Qur’an, baik pengajian Al-Qur’an setelah shalat Maghrib, Subuh, maupun Dhuhur.

Diantara santri atau murid Thariqah Naqsyabandiyah-Khalidiyah Mbah Manshur banyak yang masyhur atau dikenal sebagai seorang waliyullah, seperti ; Mbah Munawwir (Krapyak, Yogyakarta), Mbah Arwani Amin (Kudus), Mbah Abdul Mi’raj (Candisari, Semarang), Mbah Umar Abdul Mannan (Mangkuyudan, Surakarta), Mbah Salman Dahlawi (Popongan, Klaten), Mbah Ru’yat (Kaliwungu, Kendal) dan lain-lain

Wallahu A’lamKH. Muhammad Manshur, adalah pendiri Pondok Pesantren Popongan, Dusun Popongan, Desa Tegalgondo, Kecamatan Wonosari, Kabupaten Klaten. Mbah Manshur adalah putra Syaikh Muhammad Abdul Hadi Girikusumo, seorang mursyid Thariqah Naqsyabandiyah-Khalidiyah di Girikusumo, Mranggen, Demak. Sumber-sumber Belanda menyebutkan bahwa Syaikh Muhammad Abdul Hadi sebagai sosok religious leader(tokoh agama) yang sangat berpengaruh di Semarang.

Syaikh Muhammad Abdul Hadi adalah putra Thohir bin Shodiq Jago bin Ghozali (Klaten) bin Abu Wasijan (Medono, Pekalongan) bin Abdul Karim (Paesan, Batang) bin Abdurrasyid (Batang) bin Saifudin Tsani (Kyai Ageng Pandanaran II Semarang) bin Saifudin Awwal (Kyai Ageng Pandanaran I, Sunan Tembayat Klaten).

Syaikh Muhammad Abdul Hadi, yang dikenal dengan panggilan Mbah Hadi Girikusumo, memiliki peran besar dalam dakwah Islam, khususnya dalam mengembangkan Thariqah Naqsyabandiyah. Jaringan Thariqah Naqsyabandiyah yang dipelopori oleh Mbah Hadi Girikusumo berkembang sampai se-antero Jawa Tengah dan Yogyakarta melalui para murid spiritualnya, yang jumlahnya lebih dari seratus ribu orang. Mbah Hadi mendirikan pondok pesantren Girikusumo pada tanggal 16 Rabiul Awwal 1288 H atau 1866 M. Sebelumnya, Mbah Hadi belajar agama dan Thariqah Naqsyabandiyah kepada Syaikh Sulaiman Zuhdi di Makkah al-Mukarramah. Di Girikusumo, Mbah Hadi sering juga dipanggil Mbah Giri, Mbah Hasan Muhibat, dan Kyai Giri.

Girikusumo adalah nama sebuah desa. Giri (bhs. jawa) berarti gunung, dan kusumo (bhs. jawa) berarti bunga.  Ponpes Giri didirikan oleh Syaikh Muhammad Hadi pada tahun 1288 H bertepatan dengan tahun 1866 M. Mbah Hadi memiliki kepedulian yang tinggi terhadap pendidikan dan dakwah Islam. Hal ini dibuktikan dengan mengirim putra-putranya untuk nyantri di luar daerah.

Mbah Hadi mempunyai tiga putra, yaitu; Manshur, Sirajuddin dan Zahid, ketiga putranya tersebut menjadi guru Thariqah Naqsyabandiyah. Mbah Sirajuddin dan Mbah Zahid mengembangkan thariqah di Girikusumo, meneruskan tugas spiritual Mbah Hadi, sedangkan Mbah Manshur mengembangkan thariqah di Karesidenan Surakarta. Selain kedua putranya, tokoh yang memiliki peran besar dalam pengembangan Thariqah Naqsyabandiyah adalah Mbah Arwani Amin Kudus dan Mbah Abdul Mi’raj Candisari Semarang.

Kepemimpinan pesantren di Girikusumo dipegang oleh Mbah Hadi sendiri, sedangkan para santri muda diasuh oleh Mbah Sirajuddin, sedangkan Mbah Manshur ditugaskan ayahnya untuk meneruskan perjuangannya di daerah Karesidenan Surakarta. Akan tetapi, umur Mbah Sirajuddin  pendek, dan ia wafat mendahului ayahandanya. Mbah Hadi meninggal dunia pada tahun 1931, dan selanjutnya tugas kepemimpinan pondok pesantren diteruskan oleh putranya, yaitu adik kandung Mbah Sirojuddin, yaitu Mbah Zahid.

Mbah Manshur PoponganBerdasarkan cerita yang berkembang. pada prosesi pemakaman Mbah Hadi, terjadi sebuah fenomena khariqul ‘adah (aneh, luar biasa), yakni ada batu besar yang berada di dekat calon makam Mbah Hadi. Seluruh pelayat termasuk para kyai tidak mampu menyingkirkan batu tersebut. Setelah Mbah Manshur datang, batu tersebut bisa diangkat oleh Mbah Manshur sendiri. Itulah salah satukaromah yang dimiliki Mbah Manshur.

Mbah Manshur mengaji kepada orang tuanya sendiri, yaitu Syaikh Muhammad Hadi Girikusumo. Ketika remaja, beliau mengaji dan nyantri di Pondok Pesantren Jamsaren Surakarta yang diasuh oleh Kyai Idris, sebuah pesantren tua yang pendiriannya dipelopori oleh Kraton Kasunanan Surakarta. Mbah Manshur muda kemudian mendirikan pesantren di Dusun Popongan, Klaten, 20 km. dari Jamsaren Surakarta.

Kedatangan Mbah Manshur di Popongan bukan sebuah kebetulan. Sebelum ke Popongan, Klaten, Mbah Manshur sengaja dikirim oleh Mbah Hadi untuk belajar di Jamsaren, dan dalam perkembangannya menemukan Popongan sebagai tempat dakwah, pendidikan, dan pengembangan Islam.

Para santri dan sesepuh Dusun Popongan menceritakan bahwa kedatangan Mbah Manshur di Popongan bermula ketika Mbah Manshur muda diambil menantu oleh seorang petani kaya di Popongan yang bernama H. Fadlil. Mbah Manshur muda dinikahkan dengan Nyai Maryam (Nyai Kamilah) binti H. Fadlil pada tahun 1918. Karena Mbah Manshur merupakan alumni pondok pesantren, maka H. Fadlil memintanya mengajarkan agama di Popongan. Dari pernikahan itu melahirkan Masyfufah, Imro’ah, Muyassaroh, Muhibbin, Muqarrabin, dan Irfan. Dari putrinya Nyai Mashfufah binti Mbah Manshur yang dinikah H. Mukri, lahirlah Salman Dahlawi, yang kelak meneruskan estafet kepemimpinan pesantren dan Thariqah Naqsyabandiyah.

Sebelum didirikan pondok pesantren, Mbah Manshur mengajar ngaji masyarakat Popongan. Para santri awal Mbah Manshur sangat sedikit, dan hanya membentuk halaqah kecil. Setelah beberapa tahun kemudian santri yang datang mulai banyak dan dari berbagai daerah sehingga H. Fadlil berinisiatif untuk mendirikan bangunan yang layak untuk pemondokan dan masjid.

Pembangunan pondok pesantren dan masjid dilakukan secara swasembada dan gotong royong. Batu fondasi diperoleh oleh para santri dari sungai jebol, sebuah sungai yang terletak di sebelah selatan Dusun Popongan. Adapun pasir diambil dari sungai tegalgondo, sebelah utara Dusun Popongan.

Sebagai tokoh yang kaya, H. Fadlil sendiri yang banyak menyumbang pendirian pesantren yang kelak diasuh oleh menantunya tersebut. Mbah Kyai Muslimin, menceritakan bahwa pembangunan pesantren dilakukan secara gotong royong, sebagian memang mengambil tukang profesional. Pondok Pesantren Popongan resmi didirikan oleh Mbah Manshur pada tahun 1926. Pada tahun yang sama, Mbah Manshur membangun Masjid Popongan.

Pondok Pesantren Popongan, pada masa kepemimpinan cucunya, Kyai Salman Dahlawi, tanggal 21 Juni 1980, namanya diubah menjadi Pondok Pesantren Al-Manshur Popongan. Dusun Popongan kemudian menjadi pusat dakwah dan pendidikan Islam, di samping menjadi pusat suluk Thariqah Naqsyabandiyah.

Jaringan Thariqah Mbah Manshur dikembangkan dari Mbah Hadi dengan silsilah sebagai berikut: Kyai Manshur, dari Syekh Muhammad Hadi Bin Muhammad Thohir, dari Syaikh Sulaiman Zuhdi, dari Syaikh Ismail al-Barusi, dari Syaikh Sulaiman al-Quraini, dari Syaikh ad-Dahlawi, dari Syaikh Habibullah, dari Syaikh Nur Muhammad al-Badwani, dari Syaikh Syaifudin, dari Syaikh Muhammad Ma’shum, dari Syaikh Ahmad al-Faruqi, dari Syaikh Ahmad al-Baqi’ Billah, dari Syaikh Muhammad al-Khawaliji, dari Syaikh Darwisy Muhammad, dari Syaikh Muhammad az-Zuhdi, dari Syaikh Ya’kub al-Jarkhi, dari Syaikh Muhammad Bin Alaudin al-Athour, dari Syaikh Muhammad Bahaudin an-Naqsabandy, dari Syaikh Amir Khulal, dari Syaikh Muhammad Baba as-Syamsi, dari Syaikh Ali ar-Rumaitini, dari Syaikh Mahmud al-Injiri Faqhnawi, dari Syaikh Arif Riwikari, dari Syaikh Abdul Kholiq al-Ghajwani, dari Syaikh Yusuf al-Hamadani, dari Syaikh Abi Ali Fadhal, dari Syaikh Abu Hasan al-Kharwani, dari Syaikh Abu Yazid Thaifur al-Busthoni, dari Syaikh Ja’far Shodiq, dari Syaikh Qosim Muhammad, dari Syaikh Sayyid Salman al-Farisi, dari Abu Bakar Ash-Shidiq, dari Nabi Muhammad saw.

Mbah Hadi mengangkat Mbah Manshur dan Mbah Zahid sebagai mursyid thariqah. Dari Kyai Zahid, thariqah berkembang di Pantai Utara Jawa, diteruskan oleh Kyai Zuhri, dilanjutkan oleh Kyai Munif. Adapun Mbah Manshur menyebarkan thariqah melalui para badal (murid kepercayaan), di antaranya ada yang sudah menjadi mursyid,yaitu Mbah Arwani Amin (Kudus) yang dilanjutkan oleh Kyai Ulinnuha Arwani, Mbah Salman Dahlawi Popongan (Klaten) yang dilanjutkan oleh Gus Multazam, dan Mbah Abdul Mi’raj (Candisari Semarang) yang dilanjutkan oleh Kyai Khalil.

Selain dikembangkan oleh paramursyid yang menjadi murid Mbah Manshur, thariqah Naqsyabandiyah juga dikembangkan di Kauman Surakarta oleh seorang murid perempuan Mbah Manshur, yaitu Nyai Muharromah (Nyai Soelomo Resoatmodjo). Selain di Popongan, Mbah Manshur juga mendirikan pusat latihan spiritual Thariqah Naqsyabandiyah di Kauman Surakarta. Sejak Mbah Manshur memiliki rumah di Kauman Surakarta, maka Thariqah Naqsyabandiyah juga berkembang di kota santri tersebut. Rumah Mbah Manshur di Kauman tersebut dibangun oleh muridnya yang bernama Muslimin dan dibantu oleh Salman muda, cucu kesayangan Mbah Manshur. Mbah Muslimin inilah yang sejak awal sudah menjadi penderek(pengikut) Mbah Manshur, dan menjadi teman karib Kyai Salman, sejak kecil sampai wafatnya.

Di Popongan sendiri, estafet kepemimpinan pondok pesantren dan Thariqah Naqsyabandiyah dipegang oleh Kyai Salman, cucunya. Para putera-puteri Mbah Manshur tidak ada yang melanjutkan estafet kepemimpinan thariqah, tetapi lebih suka menekuni dunia perdagangan, mengikuti jejak kakeknya, Mbah H. Fadlil.

Dalam mengembangkan jaringan Thariqah Naqsyabandiyah, Mbah Manshur dibantu oleh santrinya yaitu Mbah Arwani Amin (Kudus) dan Mbah Abdul Mi’raj (Candisari, Semarang). Di Popongan, Mbah Manshur dibantu oleh banyak santri dan jama’ahnya dalam mengembangkan Islam dan jaringan Thariqah Naqsyabandiyah.

Mbah Manshur termasuk Kyai sepuh yang disegani, bukan saja oleh para santri dan jama’ahnya, tetapi juga oleh masyarakat umum, bahkan oleh para sejawatnya dari kalangan Kyai. Setelah pondok pesantren berdiri, Mbah Manshur bukan saja kedatangan tamu yang mau mengaji saja, tetapi juga tamu-tamu umum yang bermaksud bersilaturrahmi dan ngalap berkah. Kharisma Mbah Mansur pun semakin meningkat dan menjadi Kyai populer di kalangan masyarakat Klaten, Surakarta, Semarang, Jawa Tengah pada umumnya, dan Yogyakarta.

Kyai Munawwir, pendiri Pondok Pesantren Krayak Yogyakarta, adalah termasuk murid Mbah Manshur di Yogyakarta. Walaupun tidak menjadi mursyidthariqah, Kyai Munawwir menjadi bagian penting dalam perjuangan Mbah Manshur. Ketika Kyai Munawwir meninggal tahun 1942, Mbah Manshur menghadiri acara ta’ziyah dan menjadi imam shalat jenazah.

Mbah Manshur juga menjalin hubungan baik dengan Mbah Siroj, Panularan Surakarta, dan Mbah Ahmad Umar bin Abdul Mannan Mangkuyudan Surakarta. Kedekatan dengan Kyai Ahmad Umar ditunjukkan dengan pemberian nama Al-Muayyad oleh Mbah Manshur untuk nama pondok pesantren di Mangkuyudan yang dirintis Mbah Kyai Abdul Mannan pada tahun 1930. Al-Muayyad berarti yang dikuatkan, artinya bahwa pondok pesantren tersebut dikuatkan oleh kaum muslimin di Surakarta dan sekitarnya.

Mbah Manshur wafat tahun 1955. Setiap tahun Pondok Pesantren Al-Manshur Popongan dan Bani Manshur mengadakan acara haul yang dihadiri oleh ribuan orang. Setelah Mbah Manshur wafat, estafet kepemimpinan pesantren dan thariqah dipegang oleh cucunya, Mbah Salman Dahlawi, sampai sekarang kepemimpinan dipegang oleh Gus Multazam bin Salman Dahlawi. Dan Kyai Nasrun Minallah sebagai sesepuh pondok Al Manshur.

Menurut informasi dari banyak sumber, Mbah Manshur menyusun lafaz do’a bagi para santri sebelum membaca Al-Qur’an. Lafaz do’a itu dipasang di Madrasah (sebutan salah satu gedung pengajian di Pondok Pesantren Al-Manshur, tepat di depan Ndalem yang ditinggali Mbah Manshur). Lafaz doa tersebut menjadi karakter khas bacaan bagi santri-santri Pondok Pesantren Al-Manshur Popongan sampai deweasa ini.

Lafaz tersebut berbunyi:

Allahumma bil haqqi anzaltahu wa bil haqqi nazal

Allahumma Adzdzim rughbatii fiih

Waj’alhu nuuran li bashorii

Wasyifaa’an li shodrii

Wadzahaban lihammii wa huznii

Allahumma zayyin bihii lisaanii

Wajammil bihii wajhii

Waqawwi bihii jasadii Watsaqqil bihii miizaani

Waqawwinii ‘alaa thaa’atika wa athraafan nahaar

Setiap santri Al-Manshur Popongan mesti hafal do’a tersebut, karena doa karya Mbah Manshur itu selalu dibaca sebelum mengaji Al-Qur’an, baik pengajian Al-Qur’an setelah shalat Maghrib, Subuh, maupun Dhuhur.

Diantara santri atau murid Thariqah Naqsyabandiyah-Khalidiyah Mbah Manshur banyak yang masyhur atau dikenal sebagai seorang waliyullah, seperti ; Mbah Munawwir (Krapyak, Yogyakarta), Mbah Arwani Amin (Kudus), Mbah Abdul Mi’raj (Candisari, Semarang), Mbah Umar Abdul Mannan (Mangkuyudan, Surakarta), Mbah Salman Dahlawi (Popongan, Klaten), Mbah Ru’yat (Kaliwungu, Kendal) dan lain-lain

Wallahu A’lam

Wednesday, November 7, 2018

Barrier

Mawlana Grandsheikh *Abdullah faizid ad-Dagestani* qs tells about his migration with his Sheikh Grandsheikh Sharafuddin qs from Dagestan to Turkey: "Everyone in the village began to prepare for the emigration. We moved from Daghestan to Turkey on a trip that was full of difficulties caused both by the Russian soldiers and by highwaymen who killed without the slightest provocation.

Near the border with Turkey, we were travelling through a forest which was known to be filled with Russian soldiers. It was Fajr time. My uncle said, ‘We will pray Fajr and then we will cross the forest.’ We prayed Fajr and began moving. Then Shaykh Sharafuddin said to everyone, ‘Stop!’ He asked for a cup of water. Someone handed him a cup of water and he read on it from Chapter Ya Sin (ayat 9): ‘ _And We have set a barrier in front of them and a barrier behind them, and We have enshrouded them in veils so that they cannot see.’_ Then he read
*Fallahu khairul hafidhan wa Huwa arhamur-Rahimeen* ,

_Allah is the best protector, and He is the Most Merciful of those who show mercy. [12:64]_

As he was reading these verses, everyone felt something come to their hearts, and I saw all the emigrants trembling. Allah gave me a vision at that moment so that I could see that we were surrounded by the Russian Army on every side. I saw that they were shooting at anything that moved, even a bird. Then I saw that we were passing by and that we were safe. We were crossing the forest and they heard no sound of our footsteps or our animals, until we arrived safely at the other side of the border.

The vision ended as Shaykh Sharafuddin (KS) finished reading. He cast the water ahead of us and he said, ‘Move now! But don’t look behind.’ As we moved on, we could see the Russian soldiers on every side, yet it was as if we were invisible. We moved for 20 miles through that forest. It took us from morning until after `Isha prayers. We did not stop except to pray and we were invisible to everyone. We heard the Russian army shooting at people, birds, animals, and anything that moved. But we passed undetected and unscathed. We were the only people who were safe. We exited the forest and crossed over into Turkey.

We travelled first to Bursa, where Shaykh Sharafuddin (KS) established his home for one year. After that he moved to a place called Rashadiyya, where he established a village for Daghestani emigrants. It was located thirty miles from Yalova, which is on the Marmara Coast, around fifty miles from Bursa and about 60 miles from Adapazar. There he built the only mosque in that village, and next to it he built his own house. Everyone busied themselves with building their houses. My father and mother built a house adjacent to the house of Shaykh Sharafuddin (KS)."

Saturday, November 3, 2018

Doa utk keluar dark kesedihan


Divine Weapons Against Sadness and Depression
Mawlana Shaykh Hisham Kabbani
3 January 2012 Singapore
`Isha Suhbah at Simply Islam

(Final Event of Far East Tour, Winter 2011)

A`oodhu billahi min ash-Shaytaani 'r-rajeem. Bismillahi 'r-Rahmaani 'r-Raheem.

Nawaytu 'l-arba`een, nawaytu 'l-`itikaaf, nawaytu 'l-khalwah, nawaytu 'l-`uzlah,

nawaytu 'r-riyaadah, nawaytu 's-sulook, lillahi ta`ala fee haadha 'l-masjid.

There is a saying, “You must not make the busy one busier.” It has many meanings, one of which is important to us: “Don’t make the attention of the one busy remembering Allah (swt) go somewhere else; don’t bother him.” Similarly, it also applies to people who are busy with their families and trying to provide for them: don't make them busier. So I hope we are not keeping you busy and giving you a lecture until midnight!

Prophet (s) said:

Kalimataan habeebataan ila ‘r-Rahman khafeefataan `ala ’l-lisaan thaqeelataan fi ‘l-meezaan, subhaanAllah wa bihamdihi subhaanAllahi ‘l-`Azheem astaghfirullah. “There are two words (sentences) that are very light on the tongue, but very heavy on the Scale.” They are better than all academic lectures given from the beginning to the end which, all compiled, are not worthy of these two words of Allah (swt): subhaanAllah wa bihamdihi subhaanAllahi ‘l-`Azheem astaghfirullah.

A`oodhu billahi min ash-Shaytani r-rajeem. Bismillahi ‘r-Rahmani ‘r-Raheem. Madad yaa Sayyidee. Prophet (s) said these two sentences are far better than what any lecturer around the world can say in their speeches. They are very light on the tongue and very heavy on the Scale on the Day of Judgment. If you add up all your deeds, even all the deeds of Bani Adam from beginning to end, to recite “SubhaanAllah wa bihamdihi subhaanAllahi ‘l-`Azheem astaghfirullah” is still heavier on the Scale. So what do you want better in this dunya? Allah (swt) gave these two sentences for us to be happy, just as we also say, Rabbana atina fi 'd-dunya hasanatan, “O our Lord! Give us goodness in this life.” (2:201) Allah (swt) gave you that goodness, so take it! If you want to be successful, say these two sentences.

Prophet (s) also said, “If you say these four words, you will be saved and enter Paradise,” and the four words are in the Qur’an: SubhaanAllah, alhamdulillah, laa ilaaha illa-Llah, and Allahu Akbar. These four words will make humans feel they are doing something, although they are not worthy to be doing something, but Allah (swt) is making it easy for us. That's why a man came to Prophet (s) and said, “Yaa Rasoolullah! It is too difficult to keep all these rules of Islam; give me something easy.” He (s) said, “Keep your tongue moist with the remembrance of Allah,” meaning loud dhikr, not silent, because for silent dhikr you don’t use your tongue. In Naqshbandi Tariqah, “Dhikr al-Khafi” means you keep your tongue on your palate, not moving your tongue, but making (silent) dhikr in your heart. But in this hadith it says, “Make your tongue wet with dhikrullah.” How to keep it wet? You keep it moving and it makes a sound, that is “Dhikr al-Jahri.”

Allah (swt) gave Ummat an-Nabi (s) things to do that are for the Prophet (s), and that is to say, “Alam nashrah laka sadrak,” as Allah (swt) said to Prophet (s) in Surat ash-Sharh, “Why are you sad, yaa Muhammad?” It means, “O People, why are you sad?”Allah (swt) is saying to the Prophet (s), “I don't like to see you sad, so I have expanded your chest to make you happy; I'm giving you something to make you and your whole ummah very happy!” It means, “Am I not giving you that expansion of the chest to be happy?” Be happy! Don't think too much, because thinking too much makes you sad. People who think too much about a problem become depressed, and they either blow up from anger or go into a corner so no one can talk to them. No! Enjoy Allah's mercy, not at a disco, but in His mercy.

Allah (swt) said in the Holy Qur’an:

قُلْ بِفَضْلِ اللّهِ وَبِرَحْمَتِهِ فَبِذَلِكَ فَلْيَفْرَحُواْ هُوَ خَيْرٌ مِّمَّا يَجْمَعُونَ

Qul bifadlillahi wa bi-rahmatihi fa-bidhaalika fa ‘l-yafrahoo huwa khayrum mimmaa yajma`oon.

Say, "In the bounty of Allah and in His mercy, in that let them rejoice; it is better than what they accumulate." (Yunus, 10:58)

He is saying, “You must be happy in Allah’s favor and mercy!” Awliyaa and `ulama say that rahmah is Muhammad (s). So whenever you have a sad moment in your life, recite seven times Surat Alam Nashrah (Surat ash-Sharh) on water and drink it every day; that depression will go away and you will be healed from that sadness. One tear of a Muslim for Allah (swt) and His Prophet (s), and if you zoom in and go deeper, it means specifically the tear of a mu'min, is more valuable than the whole dunya, because Allah doesn't like to see His servant who loves Him and His Prophet (s) to be sad.

Sayyidina Ibraheem (a) was thrown in the fire by Nimrod and he didn't become sad. Sayyidina Jibreel (a) asked him, “Do you need help?” and Sayyidina Ibraheem said, “I don't need your help. The One Who sent me here knows what is happening.” So Allah made the fire “bardan wa salaaman,” cool and safe for Ibraheem, not bone-chilling cold or unbearable, as Allah (swt) doesn't like the heart of His believer, His lover, who is praying, fasting, giving sadaqa and reciting dhikr, to be sad during his life.

Look at how mush sadness was in Prophet’s life, how much he was tortured and the Sahaabah (r) were tortured in front of him (s) and he could not do anything! Is it true that he couldn’t? No, he could have done something, but Allah (swt) is teaching us through the Prophet (s) to be patient. The Prophet (s) was tested with everything, but he was patient as he was given from the Divine Attributes of “ar-Ra`uf,” The Most Kind, and “ar-Raheem,” the Most Merciful:

لَقَدْ جَاءكُمْ رَسُولٌ مِّنْ أَنفُسِكُمْ عَزِيزٌ عَلَيْهِ مَا عَنِتُّمْ حَرِيصٌ عَلَيْكُم بِالْمُؤْمِنِينَ رَؤُوفٌ رَّحِيمٌ

Laqad jaa-akum rasoolun min anfusikum `azeezun `alayhi maa `anittum hareesun `alaykum bil-mu’mineena ra’ufun raheem.

Indeed, there has come to you a Messenger from among yourselves. He grieves for your suffering and is anxious about you. To the believers he is most kind and merciful. (at-Tawbah, 9:128)

He received more, but in this ayah alone there are two. So be happy! This life isn't worth it if it makes you sad. Shaytan plays with people to make them sad and unhappy and to make all those around them unhappy.

Shaykh Hisham Kabbani

Wednesday, October 31, 2018

tawasul to awliyaallah

Ciri Waliyulloh dan Tawassul untuk Menembus Dimensi Kewalian
a. PENGERTIAN TENTANG WALI ALLAH SWT
Wali berasal dari akar kata waliya-yawla, yang berarti “ dekat dengan sesuatu”. Al-Waliyyu adalah orang yang memiliki kedekatan dengan Allah atau orang yang disayang Allah.
Demikian pula kata waliy, memiliki dua pengertian. Bisa berarti “ orang yang mencintai Allah” atau ba Kihkan ‘ orang yang mencintai dan dicintai Allah sekaligus”.

Menurut Imam Al-Qusyairi waliy, memiliki 2 pengertian :

- Pertama
Orang yang sekuat tenaga berusaha menjaga hatinya agar tetap hanya bergantung kepada Allah dan terus menerus melakukan ketaatan tanpa diselingi kedurhakaan. Disebut juga waliy salik.

- Kedua
Orang yang hatinya secara penuh dan terus menerus dalam penjagaan dan pemeliharaan Allah.Sering juga disebut waliy majdzub.

Dalam kitab Al-Futuhat Al Makkiyyah Ibnu araby menelusuri kriteria orang yang dicintai Allah dalam Al Qur’an dan menemukan kriteria :

- Pertama
Orang yang hanya menjadikan Allah sebagai pelindung

- Kedua
Orang yang mencintai Allah dan berusaha meniru sifat-sifatnya, misal menjadi lebih sabar, lebih penyayang, pemaaf dsb.

- Ketiga
Orang yang senantiasa kembali kepada Allah, bertaubat. Dalam pengertian setiap kali terpeleset dalam maksiat, dengan segera ia bertaubat.

- Keempat
Orang yang selalu menyucikan diri lahir dan batin.

- Kelima
Orang yang selalu bersyukur atas nikmat dan kehendak Allah.
Bagi para wali musibah dan karunia adalah sama-sama nikmat, karena keduanya datang dan berasal dari Allah.

- Keenam
Orang yang selalu berbuat baik dan memperbaiki, yang disebut Muhsin.

- Ketujuh
Orang yang selalu menghadirkan Allah dalam hatinya, pada setiap detak jantung dan hembusan nafasnya.
Para wali Allah adalah Ahlullah atau “ keluarga Allah”.Yakni hamba-hamba yang mendapatkan bimbingan dan penjagaan Allah, sekaligus tugas tertentu dari Allah.

Mengenai kedekatan dan hubungan khusus para wali dengan Allah, rasullulah SAW bersabda :” Sesungguhnya dari kalangan para hamba Allah ada segolongan orangyang bukan nabi dan bukan pula syuhada, namun para nabi dan para Syuhada berebut dengan mereka dalam kedudukan terhadap Allah”.

Wahai Rasullulah, ceritakan kepada kami siapa mereka itu dan apa amal perbuatan mereka. Sebab kami senang kepada mereka karena kedudukan mereka itu, kata para sahabat.

Sabda nabi : “Mereka adalah kaum yang saling mencintai karena Allah, tidak atas dasar pertalian keluarga dan tidak pula karena harta. Demi Allah wajah mereka bercahaya terang. Mereka tidak merasa takut ketika semua orang takut, tidak merasa khawatir ketika semua orang merasa khawatir”.

Lalu beliau membaca Surat Yunus ayat 62 :” Ketahuilah, sesungguhnya para wali Allah itu tiada merasa takut pada mereka dan tidak pula merasa khawatir”.

b. MENEMBUS DIMENSI KEWALIAN DENGAN BERTAWASSUL

Kisah perjalanan para waliyulloh di era pertengahan maupun di zaman sekarang tak pernah sepi dari cerita yang sangat menakjubkan.

Walau berabad abad yang silam mereka telah meninggalkan, pulang ke rahmatulloh, namun nama dan lakon hidup mereka masih tetap abadi dan terus di kenang sepanjang masa.

Tidak hanya itu, tempat dan atap di mana sosok seorang waliyulloh di kebumikan, niscaya tempat itu menjadi naungan para umat manusia dalam mencari berkah atau hanya berziarah.

Kisah hidup mereka dari berbagai ulasan ahli sejarah maupun dongeng para orang tua, menjadi suatu kajian berbagi kalangan dan pihak, khususnya umat Islam untuk terus mengembangkan berbagai ilmu dan pemahaman serta segala bentuk tingkah laku dan sifatnya untuk selalu ditiru. Sehingga dari keluasan ilmu yang pernah diajarkan oleh para waliyulloh masa lalu masih terus bermanfaat untuk kita di zaman sekarang.

Bercerita tentang sosok waliyulloh tentu kita banyak berkhayal karena terobsesi akan kelebihannya, baik dari segi karomah yang dimilikinya maupun dari kebersihan hati serta peran hidup sebagai derajat teragung di hadapan Alloh SWT.

Dalam konsep batin kita sebagai manusia di era modernisasi seperti sekarang ini, ingin sekali bertemu atau setidaknya bisa sedikit diberi perlindungan baik tentang keluasan ilmu maupun yang lainnya.

Namun sayangnya zaman kewalian sudah tidak bisa kita temui lagi, sehingga untuk mencari guru / mursyid yang bisa menuntun kita menuju puncak ma’rifatillah teramat sulit dan langka.

Lantas, masih adakah sosok waliyulloh di zaman ma’asi seperti sekarang ini? Mungkin jawabannya (masih ada) sebab setiap perputaran zaman ke zaman, titisan dari sifat Rosululloh SAW. Di muka bumi ini harus ada yang memegang, yaitu disebut dengan nama, “Quthbul Muthlak”

Tapi di manakah keberadaan mereka sebagai waliyulloh kamil bisa kita temui?… disinilah para umat manusia mulai kehilangan kontak.

Sebab bagaimanapun juga antara zaman kewalian dengan sekarang ini jauh sekali perbedaannya.

Di zaman wali, sosok waliyulloh dapat kita jumpai di berbagai daerah, karena derajat wali pada masa itu sangat ditampakkan oleh Alloh SWT. Sebagai Himmatul Ummat sosok manusia yang mempunyai kharisma dan karomah tinggi di hadapan ummatnya.

Sedangkan di zaman sekarang para waliyulloh, banyak menutup diri dari pandangan sifat manusia karena alasan fitnah.

Mengapa disebut fitnah? Mengulas realita zaman ke zaman, kehidupan manusia selalu berubah-ubah. Nah, seperti zaman sekarang ini misalnya, sifat manusia lebih terarah kepada sifat duniawiyah dan terbelakang dalam hal ilmu agama.

Segala argumen dan hujjah banyak memakai logika dan pikiran belaka, bukan dari hukum atau pemahaman ilmu yang bersumber dari Al-Qur’an dan Al-Hadits, atau keluasan kitab para Ahlillah.

Sehingga dalam kenyataannya, umat manusia lebih banyak tertutup hati karena kebodohan akan ilmunya dan akhirnya Alloh SWT. Menjauhkan mereka dari orang-orang yang menjadi kekasih-Nya.

Lewat nukilan kitab para ulama khosois, seperti “IHYA ULUMUDDIN, TAFSIR QUR’AN AL-MUNIR, dan syarakh BUCHORI” banyak menerangkan: “mencari guru mursyid yang bisa menjalurkan suatu keselamatan dunia akherat di zaman sekarang, bagai KAL IBRITIL AHMAR / mencari microorganisme dalam tubuh kita sendiri”.

Karena saking sulitnya, sehingga 97% ummat manusia banyak yang mati dalam keadaan tersiksa, karena tidak membawa amal kebajikan yang memadai.

Memang sungguh sangat mengerikan para ummat manusia di zaman yang sudah terbilang akhir ini. Kita semua harus bekerja keras untuk mencapai tujuan mulia dihadapan Sang Kholik di akhir zaman nanti.

Sebagai ummat manusia yang penuh ke-dho’if-an, penulis ingin mengajak bersama-sama dalam meraih derajat mulia di sisi-Nya kelak, lewat jalan bertawassul.

Namun sebelum pembedaran tawassul ini penulis kupas secara detil, alangkah baiknya bila kita mulai membersihkan hati dari sifat yang kurang diridhoi-Nya, mulai dari sekarang.

Sebab, bagaimanapun semangatnya hidup kita dalam pembuktian suatu wujud ilmu, apabila hati kita belum bersih dari sifat riya, ujub, takabur, dan dipaksakan dalam melakukan setiap meritualkan amalan / wiridan, karena suatu alasan, ada tujuan tertentu, dan bila tujuan kita sudah terkabul, suatu amalan / wiridan ditinggalkannya lagi, maka apapun semangat hidup kita dalam hal keikhlasan hati belum terbilang bersih.

Nah untuk mengenal arti tawassul secara luas, misteri akan beberkan rahasianya, sehingga, walau zaman telah berubah dan syafa’at para nabi dan waliyulloh telah berkurang, semoga dengan bertawassul ini kita masih tetap bisa berhubungan dengan para waliyulloh hingga mencapai kesuksesan derajat termulia.

Tawassul atau wasilah, adalah suatu alat penghubung antara manusia hidup dengan orang yang sudah tiada (mati).

Dalam konsep, tawassul sering dilakukan di berbagai tempat peziarah maupun tempat peribadatan, seperti, saat akan memulai suatu dzikir, baca barjamzi, tahlilan dan sebagainya.

Biasanya, tawassul disini mempunyai saf / runtutan dari para nabi, malaikat, waliyulloh dan semua ahli kubur dan lainnya, namun untuk membuktikan bahwa bertawassul adalah suatu alat penghubung untuk yang dituju, harus mempunyai peraturan dan tata cara tersendiri.

Lewat ulasan para waliyulloh kamil, mereka banyak memberi suatu pendapat, di antaranya:

Syeikh Abdul Qodir Al-Jaelani, pernah berujar, “Bila aku mati kelak, ruhku akan terus hadir di sela orang-orang yang setiap malamnya mengistiqomahkan, bertawassul kepadaku dengan keikhlasannya, sambil tak pernah henti-hentinya membaca surat Al-fatihah sebanyak 20.000 x setiap malamnya”

Menurut Imam Ibnul Aroby, “Barang siapa yang bertawassul kepadaku secara istiqomah dengan hitungan 7 jam lamanya (dari jam 21.00 s.d. 04.00) niscaya aku akan hadir tanpa perantara / suruhan / khodam, di manapun kamu menginginkannya”.

Menurut imam Abu Hasan Asy-Syadili r.a., “aku kan bertanggung jawab demi keselamatanmua di dunia dan akherat, dan aku akan terus memohonkan kepada-Nya atas segala permohonanmu, dan aku akan menyambangimu / menjumpai di setiap malammu dan aku akan membawamu hidup-hidup di antara kenikmatanku (surga) apabila kamu terus beristiqomah bertawassul kepadaku di setiap malamnya, dengan memudawamkan 5000x surat Al-Fatihah dan 4500x asma Hasbunalloh wa ni’mal wakil”.

Menurut imam Abu Sufyan Atssaury, “Berbahagialah wahai ummatku, sesungguhnya aku diberikan keluasan ilmu sebagai hamba yang mempunyai derajat syafa’at di kemudian hari. Istiqomahkan bertawassul kepadaku di setiap malamnya dengan terus membaca surat Al-Fatihah 7700 x dan solawat nabi (Allohumma Sholli ala sayidina Muhammad) 7000x niscaya ruhku akan selalu hadir setiap kau membutuhkanku, dan percayalah kepadaku, karena sesungguhnya aku takkan tinggal diam untuk selalu mendoakanmu sampai mencapai derajat mulia (surga)”.

Menurut Syarifah Robiatul Adawiyah, ”sesungguhnya aku diciptakan antara hidup dan setelah mati hanya punya satu tujuan, mengabdi kepada Alloh SWT. Dan barang siapa yang bertawassul kepadaku secara istiqomah setiap malamnya dengan membaca surat Al-Fatihah 3333x dan membaca istighfar sebanyak 30.000x niscaya aku akan terus hadir menjumpaimu sampai dirimu tanpa sadar menjadi seorang derajat waliyulloh kamil”.

Menurut imam Asy-Sya’roni, “Jangan kau sesekali meninggalkan istiqomah bertawassul kepada para nabi, malaikat dan wali lainnya. Sesungguhnya bertawassul adalah suatu kebajikan hati dalam mencari syafa’at dan rahmat para Ahlillah yang menjadi kekasih-Nya”. Tambahnya lagi, “sesungguhnya derajat yang paling mudah didapat adalah, kedekatan hati kita dengan para Ahlillah yang menjadi kekasih-Nya, maka tiada lain dan tiada bukan, istiqomahkan bertawassul kepadanya!”.

Menurut imam Ibnu Athoillah, “Keluasan dan penghayatan ilmu sangat diperlukan oleh setiap ummat di dunia. Namun, sebagai rasa takdzim akan penghormatan kepada para kekasih Alloh SWT. Lebih sangat diutamakan. Karena sesungguhnya batu loncatan kita sebagai manusia hidup tak lain adalah bantuan rahmat dari para Ahlillah yang sudah mendahului kita, kuncinya perbanyaklah bertawassul untuknya”.

Menurut pendapat para walijawa (walisongo), “Gunakanlah waktumu untuk kebajikan di jalan-Nya. Sesungguhnya sifat manusia terbagi dalam kelebihan dan kekurangan. Sebagai seorang mahluk yang serba kekurangan akan ilmu dan pengetahuan, dekatkanlah dirimu kepada-Nya lewat jalan para kekasih-Nya (bertawassul) sesungguhnya hanya lewat jalan inilah kamu sekalian akan mendapat derajat mulia di sisi-Nya”
Semoga Bermanfaat...

Monday, October 29, 2018

Rizq

Naseeha Dua for Rizq from Shaykh Nazim Al-Haqqani Ar Rabbani;

1. 7 x Ayatul Kursi - morning & evening
2. 1 x Surah Waqia - daily

3. After each Namaz (without speaking to anyone - sitting & not getting up) read 129x times "Ya Lateef"

4. After reciting (3) read 7 times; Bismillah Irahma Nirraheem "Allahu Latiful Bil ibadihi Yarzuku May'yashaahu Wa Huwal Qawwiyul Aziz"

5. Give Kurbani/Sadaqa 1 or twice a month, (better in poorer countries)

6. Give Daily Sadaqah (Charity) - (even 10 pence a day, Shaykh Nazim has said is ok)

Friday, October 19, 2018

Ijazah Ziarah Habib Lutfi

ADAB ZIARAH MAKAM WALI DAN IJAZAH  TAWASSULNYA.

Ijazah dari:

Al-Habib Muhammad Lutfi bi Ali bin Hasyim bin Yahya Ra Pekalongan ( Mursyid ThoriQoh Syadyziliyah.
Pangeran Muhammad KH.Ali Umar Toyyib Ra Palembang Darussalam ( Mursyid ThoriQoh Alawiyyah )

Sesudah bilang QOBILTU jangan lupa baca fatihah di tujukan buat kedua Guru Mursyid di atas

#Baik sekali di amalkan, dan lebih baik lagi minta ijazah langsung kepada Guru/Orang yang pernah mendapat ijazah langsung.

Sebagian dari adab berziarah ke maqam waliyullah adalah :

1. Perbaguslah niat
2. Perbaiki akhlak
3. Bersih lahir dan batin.
4. Mengingat dan meneladani perjuangan Wali yang di ziarahi.
5. Menyadari bahwa hidup didunia adalah sementara

Insya Allah jika telah memenuhi sebagian syarat tersebut, kemungkinan Qobul akan cepat.
Tujuan ziarah kepada para Wali adalah meneladani perjuangan mereka dalam menegakkan kalimat Tauhid.

Bertawasul kepada mereka, menurut ijma’ para Ulama hukumnya : DIBOLEHKAN.
Tawasul atau wasilah artinya Mengerjakan sesuatu amal yang dapat mendekatkan diri kepada Allah SWT.
Allah telah berfirman :

“ Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan carilah jalan yang mendekatkan diri kepada-Nya, dan berjihadlah pada jalan-Nya, supaya kamu mendapat keberuntungan.” ( Al-Maidah : 35 )

Ayat ini dikuatkan oleh firman Allah SWT :

“Orang-orang yang mereka seru itu, mereka sendiri mencari jalan kepada Tuhan mereka” ( Al-Isra : 57 )

Perbuatan Tawasul sendiri telah dicontohkan oleh Rasulullah ( HR.Ath-Thabrany dalam kitab Ausath dan Al-Kabir juga Ibnu Hibban dan Hakim ),
Serta para sahabat beliau, diantaranya Sayyidina Umar bin Khotob ( Ad-Durratus Saniyyah fir-raddi ‘alal Wahabiyah : Syekh Ahmad Zaini Dahlan ) dan Sahabat Bilal bin Harits.

Hakekat Tawasul Kepada Nabi, Wali dan Ulama

Tawasul adalah sebagai sebab yang dapat menyebabkan doa dikabulkan oleh Allah. Tawasul diperbolehkan dilakukan dengan seseorang yang masih hidup atau pun yang sudah wafat.
Yang dalam hal ini jelas kesholehannya. Perbuatan tawasul ini ada tuntunan langsung dari Qur’an maupun Al-Hadits serta bimbingan dari Alim Ulama.

Berbagai macam cara tawasul telah diajarkan para Alim Ulama kepada kita. Dan menjadi warisan turun-temurun diantara murid-murid mereka.

Maka diantaranya adalah yang Al-Faqir tuliskan dibawah ini.
Maka jika engkau berkeinginan agar hajatmu tercapai, dengan kondisimu yang hina di mata Allah SWT-maka carilah asbab yang dapat mengantarkan keinginanmu dihadapan Allah SWT.

IJAZAH TAWASUL

1. Sebelumnya membaca Qoshidah Al-Habib Abdullah bin Husein bin Thohir Ba ‘Alawy saat berada didepan Maqom Sang Wali.

BIN HUSAIN BIN THAHIR BA ALAWI

يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنْ ۰۞۰ يَاأَرْحَمَ الرَّاحِمِينْ
يَاأَرْحَمَ الرَّاحِمِيْن ۰۞۰ فَرِّجْ عَلَی الْمُسْلِمِيْنْ
يَارَبَّنَا يَاگَرِيْم ۰۞۰ يَارَبَّنَا يَارَحِيْم
أَنْتَ الْجَوَادُ الْحَلِيْم ۰۞۰ وَأَنْتَ نِعْمَ الْمُعِيْن
وَلَيْسَ نَرْجُوْ سِوَاكْ ۰۞۰ فَادْرِكْ إِلَهِيْ دَرَاكْ
قَبْلَ الْفَنَا وَالْهَلاَكْ ۰۞۰ يَعُمُّ دُنْيَا وَدِّيْن
وَمَالَنَا رَبُّنَا ۰۞۰ سِوَاكَ يَاحَسْبَنَا
يَاذَاالْعُلاَ وَالْغِنَی ۰۞۰ وَيَاقَوِيُّ يَامَتِيْن
نَسْأَلُكَ وَالِی يُقِيْم ۰۞۰ وَالْعَدْلَ گیْ نَسْتَقِيْم
عَلَی هُدَاكَ الْقَوِيْم ۰۞۰ وَلاَ نُطِيْعُ اللَّعِيْن
يَارَبَّنَا يَامُجِيْب ۰۞۰ أَنْتَ السَّمِيْعُ الْقَرِيْب
ضَاقَ الْوَسِيْعُ الرَّحِيْب ۰۞۰ فَانْظُرْ إِلَی الْمُؤْمِنِيْن
نَظْرَةْ تُزِيْلُ الْعَنَا ۰۞۰ عَنَّا وَتُدْنِی الْمُنَا
مِنَّا وَکُلِّ الْهَنَا ۰۞۰ نُعْطَاهُ فِی کُلِّ حِيْن
اَسْئَالُكْ بِجَاهِ الْجُدُوْد ۰۞۰ وَالِی يُقِيْمُ الْحُدُوْد
فِيْنَا وَيَکْفِی الْحَسُوْد ۰۞۰ وَيَدْفَعُ الظَّالِمِيْن
يُزِيْلُ لِلْمُنْگرَاتْ ۰۞۰ يُقِيْمُ لِلصَّلَوَاتْ
يَأْمُرُ بِالصَّالِحَاتْ ۰۞۰ مُحِبُّ لِلصَّالِحِيْن
يُزِيْحُ کُلَ الْحَرَامْ ۰۞۰ يَقْهَرُ کُلَّ الطَّغَامْ
يَعْدِلُ بَيْنَ اْلاَنَامْ ۰۞۰ وَيُؤْمِنُ الْخَائِفِيْن
رَبِّ اسْقِنَا غَيْثَ عَامْ ۰۞۰ نَافِعْ مُبَارَكْ دَوَامْ
يَدُوْمُ فِی کُلِّ عَامْ ۰۞۰ عَلَی مَمَرِّ السِّنِيْنْ
رَبِّ احْيِنَا شَاکِرِيْن ۰۞۰ وَتَوَفَّنَا مُسْلِمِيْن
نُبْعَثْ مِنَ الآمِنِيْن ۰۞۰ فِی زُمْرَةِ السَّابِقِيْن
بِجَاهِ طَهَ الرَّسُوْل ۰۞۰ جُدْ رَبَّنَا بِالْقَبُوْل
وَهَبْ لَنَا کُلَّ سُوْل ۰۞۰ رَبِّ اسْتَجِبْ لِی اَمِيْن
عَطَاكَ رَبِّی جَزِيْل ۰۞۰ وَکُلُّ فِعْلِكْ جَمِيْل
وَفِيْكَ اَمَلْنَا طَوِيْل ۰۞۰ فَجُدْ عَلَی الطَامِعِيْن
يَارَبِّ ضَاقَ الْخُِنَاقْ ۰۞۰ مِنْ فِعْلِ مَالاَ يُطَاقْ
فَامْنُنْ بِفَكِ الْغَلاَقْ ۰۞۰ لِمَنْ بِذَنْبِهِ رَهِيْن
وَاغْفِرْ لِکُلِّ الذُّنُوْب ۰۞۰ وَاسْتُرْ لِکُلِّ الْعُيُوْب
وَاکْشِفْ لِکُلِّ الْکُرُوْب ۰۞۰ وَاْکْفِ أَذَی الْمُؤْمِنِيْن
وَاخْتِمْ بِأَحْسَنْ خِتَامْ ۰۞۰ إِذَا دَنَی الإِنْصِرَامْ
وَحَانَ حِيْنُ الْحِمَامْ ۰۞۰ وَزَادَ رَشْحُ الْجَبِيْن
ثُمَّ الصَّلاَةُ وَالسَّلاَمْ ۰۞۰ عَلَی شَفِيْعِ الأَنَام
وَالآَلِ نِعْمَ الْکِرَامْ ۰۞۰ وَالصَّحْبِ وَالتَّابِعِيْن
الحمد لله رب العالمين

2. Dan setelah itu dalam posisi masih berdiri, bacalah salam untuk wali yang kita Ziarohi.

Assalamu’alaika Yaa Waliyullah
Assalamu’alaika Yaa Da’i ilaa Thoriiqillah
Assalamu’alaika Yaa Man akromahulloh bil ‘ilmi wal wilayah wa ‘inda qobri ahli baitin nabiyyi Sholallahu ‘alaihi wa sallama tuzaadu bihadzihil kalimaati.

Assalamu’alaika Yaa Ahla baiyti Rasulillahi Sholallahu ‘alaihi wa sallama.
Assalamu’alaika Yaa Baniiz Zahroo-il Batul.
Assalamu’alaika Yaa Baniil Musthofa Sholallahu ‘alaihi wa aalihi wa sallama..

Assalamu’alaika wa ‘alaa jaddika Rasulillahi Sholallahu ‘alaihi wa sallama.
Assalamu’alaika wa ‘alaa jaaddatika Sayyidatina Fatimataz zahro sayyidati nisaa-il ‘aalamiin warohmatullahi wa barokatuh.

3. Kemudian duduk sambil membaca :

Attahiyyaatul mubaarokaatush-sholawaatuth-thoyyibaatu lillahi.Assalamu ‘alaika ayyuhan-nabiyyu warohmatullahi wa barokatuhu.

Assalamu’alainaa wa’alaa ‘ibaadillahish-shoolihiin…( Yaa Hayyu Yaa Qoyyum.7x tanpa nafas )

Allahumma inni waaqifun bibaabika walaa-idzun bijanaabika wa muta’awwidzun bijalaalika wa mutawassilun bi auliyaa-ika wa mustasyfi’un bi waliyyika……………..bin…………..antaqdhiya jamii’a haajati…..( sebut hajat kita )

( Cat : setelah kalimat bi Waliyyika sebut nama Wali yang kita Ziarohi )

4. Setelah itu membaca :

• Asyhaduan laa ilaha ilallah wa asyhaduanna Muhammadar rasulullah.3x
• Astaghfirullahal adhiimal ladzii laa ilaha illa huwal Hayyul Qoyyum wa atubu ilaih 3 kali.

5. Membaca Sholawat Ruh :

Bismillahir rahmaanir rahiim.

Allhohumma sholli ‘alaa ruuhi sayyidina Muhammadin fiil arwaahi wa ‘alaa jasadihi fil ajsaadi wa ‘alaa Qobrihi fiil Qubuuri wa ‘alaa alihi wa shohbihi wabarik wa sallim tasliiman bi qodri ‘adhoomati dzaatika fii kulli waqtin wahiin.11x

6. Setelah itu bacalah surah yasiin wa tahlil seperti biasanya.

7. Baru kemudian membaca fatehah khusus kepada waliyullah tersebut sbb:

1. Alfatehah liridho illahi ta’alaa… syai-un lillahi ta’alaa…. alfatehah.1x

2. Alfatehah lisyafaa’atin Nabiyyi Sayyidina Muhammadin Sholallahu ‘alaihi wa alihi wa sallam….Alfatehah 1x

3. Alfatehah libarokaati karoomati auliyaa-illahi ta’alaa….Alfatehah 1x

4. Alfatehah liridhol walidayni syai-un lillahi ta’alaa….. Alfatehah 1x

5. Alfatehah li akhi wa tau-amaani wa qoriibi syai-un lillahi ta’alaa….. Alfatehah 1x

6. Alfatehah ilaa ruuhi karoomati ………( Nama Wali yang dimaksud )…….wawalidayhi wa masya-ikhihi. …..Alfatehah 1x

7. Assalamu’alaika Yaa Syekh……….( Nama Wali yang dimaksud ) 7x…( Hadir )

8. Hatta Arokum bi’aiini wa ukallimukum bilisaanii. 7x

9. Kemudian baca Dzikir ini :
Yaa Huu.1511x

10. Kemudian bacalah Amalan Asadullahil Gholib.

Pembacaan ini dimaksudkan untuk pencegahan dari kedatangan Ruhaniyyah atau sebangsa jin yang akan menyerupai Wali yang kita inginkan.
Insya Allah setelah membaca ini maka ruhaniyyah / Jin / Khodam itu tidak akan bisa menyerupai sang Waliyullah.

Ciri-ciri kedatangan Waliyullah biasanya diiringi dengan suasana yang terasa hening, badan dan pikiran kita terasa tenang, hati merasa haru, terasa tumbuh Jiwa Tauhid kepada Allah SWT, meleburnya nafsu dalam diri, timbul rasa berdosa akan kesalahan / maksiat yg kita perbuat.

Ini Bacaan Asaddullohil Gholib:

Alfatehah ‘ala niyyatil hifzhi wassalamati min syarril kholqi ajma’in,..
Waliridho illahi ta’alaa syai-un lillahi bissiril fatehah…..

1. Asyhaduan laa ilaha illallah wa asyhaduanna muhammadan rasulullah. 3x
2. Astaghfirullahal adziim. 3x
3. Allahumma sholli ‘alaa sayyidina muhammadin nabiyil’ummi wa ‘alaa alihi wa shohbihi wa sallam.3x
4. Fakasyafna ‘anka ghithoo-aka fabashurkal yauma haddid.3x
5. Lahaula walaa quwwata illa billah.
6. Bismillahi…( Allahu akbar 3 kali senafas)

Tawasaltu bi sayyidil imam masyriq wal maghrib asadullahil gholib sayyidina ali bin abi tholib wa tilmidzihi dzul-iman laqobuhu kian santang, wal habib abdullah bin abdul qodir bil-faqih, wa syekh……..( isi dengan nama wali yang kita ziarohi )

7. Allahumma iyyakana’budu wa iyyaka nasta’iin…….( Niatkan disini hajatmu)
8. Ihfazhna wa salimna min syarril kholqi ajma’iin.
9. Bihaqqi…. : Laa ilaha illallah. 7x ( tahan nafas….)
10. sambung dengan ucapan : Muhammadur rasulullah sholallahu ‘alaihi wa sallam.
11. Ya ‘ibadallah a’iinuuni.3x
12. Ya Rijal Ghoib unshuruni billah.3x
13. Ya Allah..66x / 1000x

14. Sholawat Nuur:

Allahumma sholli ‘ala nuril anwar, wa sirril asror,wa tiryaqil aghyaar, Wa miftahii baabil yasaar, sayyidina muhammadinil mukhtar wa alihil ath-har,wa ashabihil akhyaar, ‘adada ni’amillahi wa ifdholi…11 x

8. Selanjutnya hidupkan dzikir nafasnya selama kurang lebih 10 menit / selama setengah jam / selama yang kita inginkan )

Caranya:

1. Tarik nafas dari bawah pusat sampai ke ubun-ubun, baca : HUU
2. Turun nafas dari ubun-ubun kebawah susu kanan 2 jari, baca : ALLAH……sambil munajat kepada Allah dibatin . Fokus untuk kehadiran sang waliyullah.

9. Tutup dengan Doa ===

Catatan :
Pada maqom-maqom tertentu ( kedudukan seseorang dimata Allah SWT ) kehadiran seorang Waliyullah bisa dilihat dan dirasakan dengan mata kepala kita, Hati dan semua panca indera lahir batin akan mengetahui kehadiran Sang Wali.
Namun apabila Maqom yg kita punya jauh dibawah itu, maka kedatangan beliau biasanya hadir dalam mimpi secara urut.
Artinya minimal selama 3 hari ( malam ) berurutan beliau akan mengabarkan kehadirannya.
Saat itulah akan ada komunikasi antara kita dan beliau.
Bentuk komunikasi tersebut tidak sama antara satu dengan yang lain.
Alangkah baiknya jika pengalaman spiritual ini tidak dibuka kepada orang lain. Tapi kabarkan saja kepada Guru / Syekh kita sendiri.

Tuesday, October 9, 2018

Adab Safar

Adab Shafar

Nabi (saw) menjuluki bulan ini Shafar al-Khayr.  Berikut ini adalah amalan harian yang dilakukan di bulan Shafar sebagaimana yang diberikan oleh Mawlana Syekh Nazim (q)

1. Syahadat (3x)

2. Astaghfirullah (300x)

3. Berikan sedekah setiap hari demi Allah (swt)

  Grandsyekh (q) biasa berkurban setiap tanggal 27 Shafar.

4. Baca Surat al-Fiil (7x)

5. Ayat Kursi (7x)

6. Pada hari RABU TERAKHIR bulan Shafar dianjurkan untuk tidak pergi ke mana-mana, kecuali memang perlu.

Grandsyekh (q) berkata, "Pada Rabu terakhir di bulan Shafar, 70.000 bala diturunkan ke dunia. Orang yang menjaga adab (seperti yang disebutkan di atas) akan dilindungi oleh Allah (swt)."  

Allahu khayru hafizhan wa huwa arhama ‘r-Rahimiin

Shalat Daf'il Bala pada Rabu Wekasan

Pada hari Rabu terakhir di bulan Shafar laksanakan Shalat Sunnah Daf’il Balaa (4 raka’at, tanpa tahiyyat awal), di mana pada setiap raka’at dibaca Surat Al-Fatihah, Al-Kawtsar 17x, Al-Ikhlash 5x, Al-Falaq 1x dan An-Naas 1x.

Kemudian berdoa dengan sighat (formula) sebagai berikut:

بسم اللٌه الرٌحمن الرٌحيم  وصلٌي اللٌه علي شيٌد نا محمٌد وعلي آله وصحبه وسلٌم  اللٌهمٌ يا شد يد القوي ويا شد يج المحال يا عزيز دلٌت لعزٌتك جميع خلقك إكفني من جميع خلقك يا محسن يا مجمٌل يا متفضٌل يا منعم يا مكرم يا من لا إله إلا آنت برحمتك يا آرحم الرٌاحمين اللٌهمٌ بسِرٌِ الحسن وآخيه وجدٌه وآبيه إكفني شرٌ هدا اليوم وما ينزل فيه يا كا فيٌ فسيكفيكهم اللٌه وهو السٌميع العليم وحسبنا اللٌه ونعم الوكيل ولا حول ولا قوٌة إلاٌ باللٌه العليٌ العظيم وصلٌي اللٌه علي شيٌد نا محمٌد وعلي إله وصحبه وسلٌم

Bismillaahi 'r-Rahmaani 'r-Rahiim. Wa shalla'Llaahu `alaa Sayyidina Muhammadin wa `alaa aalihi wa shahbihi wa sallam.  Allahumma yaa Syadiidal Quwa wa yaa Syadiidal Mihaal, yaa `Aziizu, Dzallat li `izzatika jami`u khalqika, ikfinii min jami`iI khalqika, yaa Muhsin, yaa Mujammil, yaa Mutafadhdhil, yaa Mun`im, yaa Mukrim, yaa Man laa ilaaha illaa anta bi rahmatika yaa Arhama 'r-Rahimiin.  Allahumma bi sirril Hasan wa-akhihi, wa jaddihi wa-abihi, ikfinii syarra hadzal yawmi wama yanzilu fihi, yaa Kaafi, fasayakfika humu'Llaahu wa huwa 's-Samii`u 'l-`Aliim, wa hasbuna'Llaahu wa ni’ma 'l-wakiil, wa laa hawla wa laa quwwata illaa bi'Llaahi 'l-`Aliyyi 'l-`Azhiim, wa shalla 'Llaahu ta`ala `alaa Sayyidina Muhammadin wa `alaa aalihi wa shahbihi wa sallam.

Dengan Nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyang.  Moga-moga Kurnia-Mu, dan Kedamaian bersama-Mu akan semakin terlimpah buat Junjunganku Nabi Muhammad (saw) beserta para keluarga, dan segenap sahabat beliau.  Allahumma Yaa Allah, Dzat Yang Amat Sangat Kuat, Wahai Dzat Yang Amat Sempurna Dalam Memelihara, Wahai Dzat Yang Amat Perkasa, semua mahluk-Mu tunduk belaka ke Hadirat Keperkasaan-Mu, Peliharalah diriku ini Yaa Allah, Wahai Dzat Yang Senantiasa Baik, Wahai Yang Senantiasa Sempurna Dalam Menangani, Wahai Yang Tak Lagi Menakar Dalam Memberi, Wahai Sumber Kenikmatan, Wahai Yang Senantiasa Menghargai, Wahai Yang Tiada Lagi Duanya untuk Dipertuhan – Hanya dengan Rahmat-Mu aku akan menjalani seluruh peranku selaku hamba-Mu Yaa Allah. Demi Rahasia Martabat Hasan Cucu Kekasih-Mu di sini, dan di Surga nanti, Demi Martabat Husein, saudaranya, demi Martabat Muhammad Kakeknya, dan demi Martabat Ali Bapaknya Lindungi aku dari ketidakbaikan yang ada pada hari ini, Yang Engkau Berkenan Menurunkannya. Wahai Sang Kecukupan Engkau Pasti Akan Mencakupi Kesemuanya, Engkaulah Sang Maha Mendengar, dan Maha Meliputi. Cukup Allah bagiku, Sebaik-baik Penyangga Hanya Dia, Segala sesuatu akan terdaya, dan bakal kucapai bersama Dia Dalam Kehambaan diriku pada-Nya.  Dia Maha Luhur, dan Maha Agung. Moga-moga Kurnia-Mu, dan Kedamaian Bersama-Mu akan semakin terlimpah buat Junjunganku Nabi Muhammad (saw)beserta segenap keluarga, dan para sahabat beliau. Aamiin.

Kemudian dibaca Surat Yaasin, dan pada Ayat ke-58 (Salaamun qawlam mi 'r-rabbi 'r-rahiim) diulang sebanyak 313x.

Sebaiknya lebih menahan diri untuk keluar dari rumah pada hari ini. Jika memang harus keluar rumah, maka laksanakan Adab ini terlebih dahulu dan pulanglah ke rumah dengan segera. Grandsyekh berkata: "Pada hari Rabu terakhir bulan Shafar, 70,000 penderitaan (bala) akan turun ke dunia. Barang siapa yang melaksanakan Adab ini, ia akan dilindungi oleh Allah (swt)."

Saturday, October 6, 2018

Salawat Dhatiyyah

Salawat Dhatiyyah

اللَّهُمَّ صَلِّ عَلى الذّاتِ الْمُطَلْسَمِ وَاْلغَيْبِ الْمُطَمْطَمِ لاَهُوتِ الْجَمَالِ َناَسُوتِ اْلوِصَالِ طَلْعَةِ اْلحَّقِّ كنزِ عَينِ اِنْسَانِ اْلأزَلِ فىِ نَشْرِ مَنْ لَمْ يَزَلْ فىِ قَابَ نَاسُوتِ اْلوِصَالِ اْلاَقْرَبِ اللَّهُمَّ صَلِّ بِهِ مِنْهُ فِيهِ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ.

Allahumma salli `alaa ‘dh-dhaati 'l-mutalsam wa ‘l-ghaybi 'l-mutamtam laahooti 'l-jamaali naasooti 'l-wisaal tal`ati ‘l-haqqi kanz `ayn insaan al-azali fee nashri man lam yazal fee qaabi naasooti 'l-wisaali 'l-aqrab. Allahumma salli bihi minhu feehi `alayhi wa sallim.

Who knows Arabic knows how profound this salaat is. Allahumma salli `alaa ‘dh-dhaat al-mutalsam wa ‘l-ghayb al-mutamtami laahooti ’l-jamaal. Here it expresses that there is no one more beautiful than Prophet , he is the beauty of this universe and he is the beauty of heavens and here Allah sends His prayers and praises on that Essence that no one knows about, for it is hidden and you cannot penetrate its realities without knowing the secret codes needed to open it and decode them. For example, if you have a rough diamond it is a large rock which you break down and break down until you reach the gem, then you cut it nicely and then after that you have to polish it. He then mentions the Dhaat al-Mutalsam, that essence that is covered and which no one can open, and al-Ghayb al-Mutamtam, the unseen ghayb that no one can reach or discuss. It then mentions al-Laahoot al-Jamaal. “Laahoot” means that which belongs to earth and “Naasoot” is the connection from earth to heavens, the appearance of Truth, which is Sayyidina Muhammad , where Allah dressed him with the dresses of Justice, Beauty and ...of human beings.

Insan al-azal fee maa nashari maa lam yazal, “the human being that is living from azal to abad who will open from the secrets of heavenly Names and Attributes." Fee qaabi naasoot al- wisaal al-aqrab. He opens only to those who reached the connection between earthly life and heavenly life, he opened to them as they are moving forward to heavens. Yaa Allah salli bihi. Salli bihi is different than salli `alayh. It means make the salaat through him. Salli bihi minhu. Make the salaat from him to him from the Prophet  to the Prophet  and in him, wa sallim, and give greetings of peace. Amin.

Mawlana Shaykh Hisham Kabbani

Wednesday, October 3, 2018

Cure for sadness

Cure for sadness

Say, "In the bounty of Allah and in His mercy, in that let them rejoice; it is better than what they accumulate." (Yunus, 10:58)

Allah is saying, “You must be happy in Allah’s favor and mercy!” Awliyaa and `ulama say that rahmah is Muhammad (s).

So whenever you have a sad moment in your life, recite 7 times Surat Alam Nashrah (Surat ash-Sharh) on water and drink it every day; that depression will go away and you will be healed from that sadness.

Mawlana Shaykh Hisham Kabbani

Tuesday, September 25, 2018

7 jewels of perfection

The jewel of Perfection) (7 times daily)

اللَّهُـمَّ صَـلِّ وَسَلِّـمْ عَـلَى عَيْـنِ الـرَّحْـمَـةِ الرَّبَّــانِـيَـةِ وَاليَاقُـوتَـةِ المُتَـحَقِّـقَـةِ الحَـائِطَةِ بِمَـرْكَزِ الفُـهُومِ والمَعَـانِي،
وَنُـورِ الأَكْـوَانِ المُتَـكَوِّنَـةِ الآدَمِـي صَـاحِبِ الحَـقِّ الـرَّبَّانِي، البَرْقِ الأَسْطَعِ بِمُزُونِ الأَرْبَاحِ المَالِئَةِ لِكُلِّ مُتَعَرِّضٍ مِنَ البُحُورِ وَالأَوَانِي، وَنُـورِكَ اللاَّمِعِ الـذِي مَـلأْتَ بِهِ كَوْنَكَ الحَـائِطِ بِأَمْكِنَةِ المَـكَانِي،
اللَّهُـمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى عَيْنِ الحَقِّ التِي تَتَجَلَّى مِنْهَا عُرُوشُ الحَقَـائِقِ عَيْــنِ المَـعَارِفِ الأَقْـوَمِ صِـرَاطِـكَ التَّـــامِّ الأَسْـقَــمِ، اللَّهُـمَّ صَـلِّ وَسَلِّـمْ عَلَى طَلْعَةِ الحَـقِّ بَالحَـقِّ الكَـنْزِ الأَعْـظَمِ إِفَـاضَتِـكَ مِنْـكَ إِلَيْــكَ إِحَـاطَـةِ النُّـورِ المُطَــلْسَــمِ صَلَّـى اللهُ عَلَيْـهِ وَعَـلَى آلِـهِ، صَـلاَةً تُعَرِّفُنَـا بِـهَا إِيَّـــاهُ

Allahumma salli wa sallim `alaa `ayni 'r-rahmati 'r-rabbaaniyati wa 'l yaaqootati 'l-mutahaqqiqati 'l-haaitati bi-markazi 'l-fuhoomi wa 'l-ma`anee. Wa noori 'l-akwaani 'l-mutakawwinati 'l-aadami sahibil haqqir-rabbani al barqil asta'i bi muzoonil arbahil maliati li kulli muta'arridhin min al-buhoori wa 'l-awaani. Wa noorika 'l-laami`u 'Lladhee malaata bihi kawnaka 'l-haa'iti bi-amkinati 'l-makaani.

Allahumma salli wa sallim `alaa `ayni 'l-haqq allatee tajalla minhaa `urooshu 'l-haqaaiqi `ayni 'l-ma`aarifi 'l aqwami siraatika 't-taami 'l- asqam.

Allahumma salli wa sallim `alaa tal`ati 'l-haqqi bil haqqi al-kanzil `azham. Ifaadatika minka ilayka ihaatati 'n-noori 'l-mutalsam. Sallallahu `alayhi wa `alaa aalihi salaatan tu`arrifunaa bihaa iyyaah.

If you read this salawat seven times a day or more, yuhibbahu mahabbatan khaasah wa laa yamootu illa waliyyan, Prophet  will love you with a special love and you will not leave dunya without being a wali. Whoever recites this salawaat is mentioning the highest names of Prophet , Allah  will open for him as He opened for His awliyaullah!

O Allah, send benediction upon and salute on the Essence of Divine Mercy, the Accomplished Ruby encompassing the center of comprehensions and meanings, the Light of all created universes, the Adamic who possesses Lordly Truth; the all-filling Lightning in the rain-clouds of gains that fill all the intervening seas and receptacles; Your Bright Light with which You have filled Your creation and which surrounds all possible places. O Allah,bless and salute the Essence of Truth from which are manifested the thrones of realities; the Essence of the Most Righteous Knowledge, Your Complete and Most Straight Path. O Allah, bless and salute the Advent of the Truth by the Truth; the Greatest Treasure, Your Outpouring from Yourself to Yourself; the Encompassment of Talismanic Light. May Allah bless the Prophet and his household, a prayer which brings us to knowledge of him.

Mawlana Shaykh Hisham Kabbani

*Untuk Kalangan Sendiri